Sukriansyah S Latief (UQ) menyambangi pasar tradisional (dok.istimewa)
MAKASSAR - Kedekatan emosional Sukriansyah S Latief yang karib di sapa UQ pada pasar tradisional ternyata punya sejarah panjang. Pasalnya, UQ memang banyak menghabiskan masa kecilnya di pasar, bahkan dikenal sebagai anak pasar.
Ini tidak mengherankan karena ayahnya, Almarhum Sultan Latief merupakan salah seorang perintis lahirnya pasar tradisional Butung di jalan Sulawesi, Makassar.
Sejak dini, UQ kecil banyak bergaul di pasar Butung. Cukup gampang bertemu dengan UQ kecil waktu itu, karena sepulang sekolah, dia langsung ke pasar dan menghabiskan waktunya bergaul di sana.
Inilah yang menjelaskan mengapa sosok UQ demikian gampang membaur dengan siapa pun. Pembawaannya yang supel, ramah dan egaliter merupakan buah hasil pendidikan masa kecil yang terus terbawa hingga dewasa.
Penghormatan pada keberagaman, sikap terbuka dan tak membeda-bedakan orang lain dalam membangun persahabatan yang menjadi karakter khas sebuah pasar mengendap cukup dalam pada karakternya.
Di sana pula, UQ secara intuitif seorang anak mulai belajar mengenali dan membaca potensi karakter sesorang. Kecerdasan emosionalnya mulai terasah di sana. Si anak pasar atau kadang disebut ‘anak kolong’ membawa UQ mampu meletakkan diri dengan cepat serta mampu dengan sigap membaca situasi.
Baca juga:
Tiga Poros Bakal Bersaing Ketat dalam Pilkada Barru
Salah satu yang juga menjadi medan pendidikannya sejak kecil adalah sifat ingin serba tahunya. Bila ada permasalahan atau pertengkaran di antara kawan-kawannya, UQ kecil dengan cepat menetralisir suasana. Jiwa kepemimpinannya memang terasa menonjol. Ide-idenya terkadang mengejutkan dan membuat kawan-kawannya terperangah.
Dalam kemandirian, sejak dini memang telah ditanamkamkan oleh ayah, Sultan Latief. Inilah yang membuat UQ dengan cepat mampu membiayai sendiri keperluan pribadinya. Bahkan sejak kuliah, UQ bahkan sudah bekerja sebagai jurnalis di Harian Fajar.
Satu hal yang cukup menonjol dari kepribadian UQ adalah kedekatan hubungan emosionalnya dengan sang Ibu. Lahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, UQ memang menjadi anak kesayangan sang Ibu. Dari Ibunyalah, UQ mendapat asupan pendidikan tentang kepedulian, jiwa empati serta rasa kemanusiaan yang besar.
Jiwa peduli dan suka menolong adalah hasil pendidikan sang Ibu. Si anak pasar ini sejak kecil bisa dikatakan bukan tergolong anak yang gampang diatur. Sikapnya kadang sangat keras kepala bila dia merasa apa yang dilakukannya memang benar. Sikap tegas ini memang menjadi salah satu sifat yang menonjol pada UQ.
Namun dibalik ketegasannya, UQ memiliki sisi humanis yang sangat kuat. Dengan demikian dia mampu meletakkan diri kapan harus menyatakan sikap tegas dan kapan dia harus melunakkan diri. Ini ciri khas didikan pasar tempat UQ bertumbuh. Sang anak pasar yang kini menyimpan segudang prestasi mulai dari lokal, nasional hingga tingkat internasional. (*)
Comments (0)
There are no comments yet